Jakarta, CNBC Indonesia - Para pencinta binatang harus lebih waspada karena ada beberapa hewan diketahui dapat menularkan penyakit pada manusia. Beberapa waktu lalu, CNN melaporkan adanya wabah campylobacteriosis, yakni infeksi bakteri, yang disebabkan oleh kontak dengan anak anjing yang dijual toko perlengkapan hewan yang ditularkan hewan peliharaan kepada manusia sebenarnya bukan fenomena baru. Lebih dari 40 tahun lalu, FDA melarang penjualan kura-kura kecil dengan cangkang kurang dari 4 inci karena risiko salmonella yang sudah terbukti. Karena itu, penting untuk menyadari risiko memiliki hewan peliharaan agar Anda bisa mengambil tindakan pencegahan supaya tetap sehat. Hewan peliharaan diketahui bisa membawa kuman yang bisa membuat manusia sakit, bahkan ketika kuman yang sama tidak berbahaya pada hewan itu sendiri. "Banyak penyakit menular berasal dari patogen, virus, yang umumnya ada di populasi hewan. Ketika populasi manusia meningkat dan mereka pindah ke daerah yang sebelumnya jarang berpenghuni, peluang untuk kontak dengan hewan pembawa virus ini meningkat," kata Dr. William Schaffner, profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular di Universitas Vanderbilt, seperti dikutip yang lebih rentan tertular penyakit yang dibawa hewan adalah anak di bawah 5 tahun, orang lanjut usia, serta ibu hamil. Lalu, apa saja penyakit yang bisa ditularkan hewan? Berikut daftar penyakit bawaan hewan peliharaan yang sering Kurap anjing, kucingKurap, penyakit kulit dan kulit kepala yang disebabkan oleh jamur, ditularkan dari hewan ke hewan dan hewan ke manusia melalui kontak erat. Kurap juga dapat ditransfer dengan menyentuh benda atau permukaan yang bersentuhan dengan kurap pada hewan peliharaan mungkin tidak jelas, tetapi anak anjing dan anak kucing mungkin menunjukkan tanda-tanda - seringkali area tidak berbulu dengan sisik, pengerasan kulit, dan Campylobacter anjing, kucingCampylobacteriosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang terkadang ditularkan ke manusia melalui kontak dengan kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi. Gejala infeksi yang terjadi pada manusia adalah diare, kram, sakit perut, dan demam selama dua sampai lima hari setelah terpapar organisme. Biasanya, tidak ada perawatan yang diperlukan, karena gejalanya hilang dalam waktu Penyakit garukan kucing kucingSesuai dengan namanya, manusia terinfeksi cat-scratch disease CSD ketika kucing yang terinfeksi merusak kulit seseorang dengan menggigit, mencakar, atau menjilat luka terbuka di kulit manusia. Meskipun 40 persen kucing membawa bakteri penyebab infeksi pada suatu waktu dalam hidup mereka, potensi lebih besar ada pada anak kucing yang cenderung menggigit atau mencakar sehingga bisa menularkan infeksi ke tersebut dapat menyebabkan infeksi ringan namun menyakitkan di area luka, membuatnya membengkak dan menimbulkan nanah atau tanda kemerahan. Seseorang dengan CSD juga dapat mengalami demam, sakit kepala, nafsu makan yang buruk, dan Toksoplasmosis kucingJika pasangan Anda sedang hamil, pastikan dia tidak membersihkan kotak pasir kucing. Sebab, istri Anda bisa tertular toksoplasmosis lalu menularkan penyakit itu kepada bayinya yang belum lahir, sehingga menyebabkan cacat lahir yang mempengaruhi sistem saraf dan Bakteri Escherichia coli E. coli adalah bagian normal dari saluran usus manusia, tetapi beberapa jenis E. coli berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit. Adapun gejala infeksi adalah diare, demam, kram perut, mual, dan muntah. Anak kecil lebih mungkin mengalami masalah parah akibat E. coli, termasuk gagal ginjal dan dapat ditularkan langsung ke manusia dari kulit, bulu, dan bulu hewan yang terkontaminasi, biasanya sapi terutama anak sapi, kambing, domba, dan Salmonella amfibi, reptilKura-kura bukan satu-satunya hewan peliharaan potensial yang dapat membawa dan menularkan infeksi salmonella. Selain kura-kura, ada juga tokek, katak, dan hewan merayap lainnya yang dapat membawa bakteri penyebab kebanyakan orang tertular salmonellosis infeksi salmonella dari makanan yang terkontaminasi, kontak dengan hewan yang terinfeksi seperti kura-kura kecil juga dapat menyebabkan penyakit. Menurut CDC, infeksi salmonella adalah diare, demam, dan kram perut yang terjadi antara 12 dan 72 jam setelah orang sembuh tanpa pengobatan dalam waktu empat sampai tujuh hari, meskipun beberapa orang mungkin mengalami diare yang sangat parah sehingga perlu dirawat di rumah Virus seoulVirus Seoul yang ditularkan melalui hewan pengerat. Orang tertular virus dari kontak dengan urin, kotoran, atau air liur hewan pengerat yang terinfeksi, khususnya tikus yang terinfeksi virus seoul sering menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, beberapa orang mengalami demam dengan sindrom ginjal hingga menyebabkan kematian. 8. Psittacosis burung eksotisDemam burung beo, atau akrab dikenal dengan psittacosis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan ditularkan oleh manusia dari burung beo yang terinfeksi macaw, cockatiel, dan budgerigars serta dari merpati, burung pipit, bebek, ayam betina, burung camar, dan spesies lain yang terinfeksi. Infeksi pada manusia biasanya diperoleh dengan menghirup sekresi kering dari burung yang terinfeksi. Hal ini menjadikan pemilik burung, karyawan peternakan dan toko hewan peliharaan, pekerja unggas, dan dokter hewan sebagai kelompok dapat mempengaruhi paru-paru dan dapat menyebabkan pneumonia. Gejala lainnya adalah demam, nyeri, sakit kepala, dan batuk Koriomeningitis limfositik tikus, hamsterLymphocytic choriomeningitis LCM adalah penyakit virus yang ditularkan melalui hewan pengerat yang terutama disebabkan oleh tikus rumah, hamster dan jenis hewan pengerat lainnya. Virus ini ditularkan ke manusia melalui kontak dengan urin, feses, air liur, darah tikus atau hamster peliharaan yang sebagian besar infeksi menghasilkan sedikit atau tanpa gejala, orang-orang yang menjadi sakit biasanya mengalami demam, kurang nafsu makan, nyeri otot, sakit kepala, mual, dan hamil yang terinfeksi dapat menularkan infeksi ke janinnya, kemungkinan menyebabkan kematian janin atau cacat lahir termasuk masalah penglihatan, keterbelakangan mental, dan hidrosefalus. [GambasVideo CNBC] hsy/hsy
GuillainBarre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri 3) dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. Naskah ini pernah dipresentasikan pada Pendidikan dan Latihan Pengamat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota se Jawa Timur tahun 2011 di Bojonegoro, menjelaskan penyakit-penyakit yang bersifat zoonosis pada ternak. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Penyakit Zoonosis Pada Ternak Nusdianto Triakoso Pendidikan dan Latihan Pengamat Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011 Zoonosis, infeksi yang dapat ditularkan dibawah kondisi alamiah antara hewan vertebrata dan manusia Anthrax Anthrax merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang pada semua hewan berdarah panas. Penyakit ini juga bersifat zoonosis. Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan hidup di dalam tanah selama bertahun-tahun. Di Indonesia pernah dilaporkan kasus anthrax hampir di seluruh Nusa Tenggara termasuk Bali. Jawa dan Madura juga pernah dilaporkan pada daerah Jakarta, Purwakarta, Bogor, Periangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Surakarta, Banyumas, Boyolali, Sragen, Madiun dan Bojonegoro. Selain itu juga Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukittinggi, Sibolga dan Medan serta Sulawesi seperti daerah Sulawesi Selatan, Menado, Donggala dan Palu. Gejala Pada kejadian akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang disertai adanya perdarahan yang keluar melalui lubang hidung dan anus. Gejala umum adalah pembengkakan daerah leher, dada, lambung dan alat kelamin luar. Gejala lain adalah panas tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan, lemah dan kematian cepat. Di daerah enzootik, apabila hewan mati tanpa gejala harus dicurigai terhadap anthrax dan tidak boleh dilakukan bedah bangkai. Preparat ulas darah dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang hidung atau anus untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada manusia ditemukan 3 bentuk serangan yaitu atraks kutaneus, antraks inhalasi dan intestinal. Pada antraks kutaneus ditemukan tukak terlokalisir dan keropeng disertai demam dan sakit kepala dalam beberapa hari yang disebabkan septikemia dan meningitis. Pada antraks inhalasi ditemukan penumonia fulminans dan bentuk intestinal terjadi gastroenteritis akut dengan diare yang berdarah. Masa inkubasi pada manusia, perkutaneus 3-10 hari, inhalasi 1-5 hari dan intestinal 2-5 hari. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada penderita dapat diberikan suntikan antiserum dengan dosis kuratif 100-150 ml, penyuntikan antibiotika, atau kemoterapi. Semua karkas dari hewan yang mati karena anthrax atau yang dicurigai anthrax harus dikubur sedalam 2 meter dilapisi penutup gamping kapur dan daerah tersebut dipagar. Semua material terinfeksi harus dibakar dan semua hewan rentan dijauhkan dari daerah terinfeksi. Laporkan pada dokter hewan berwenang, dinas peternakan atau dinas terkait. Pada manusia pengobatan menggunakan penisilin. Vaksinasi disarankan pada pekerja yang berisiko. Pada manusia sebaiknya menghindari kontak dengan binatang yang terinfeksi dan produknya. Obati luka secepatnya dan berikan desinfektan pada wool atau rambut import. Isolasi pasien yang terinfeksi dengan bersama-sama melakukan desinfeksi. Botulismus Penyakit ini disebut juga Lamziekte atau Limberneck. Penyakit ini meluas di seluruh dunia disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum. C. botulinum adalah bakteri yang hidup di tanah dan bebas oksigen anaerob serta dapat menghasilkan toksin. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan bertahun-tahun di dalam tanah. Masa inkubasi pada hewan dan manusia 6 jam hingga beberapa hari, biasanya 12-36 jam. Gejala Toksin menyerang syaraf, hewan menjadi sempoyongan, kesulitan menelan, hipersalivasi, mata terbelalak. Hewan mengalami kelumpuhan pada lidah, bibir, tenggorokan dan kaki serta kelemahan umum. Hewan ambruk, kesulitan bernafas dan hewan akan mati dalam 1-4 hari. Kadang penyakit berjalan kronis, gejala berlangsung beberapa minggu. Pada domba atau kambing mungkin berjalan berkeliling dengan kepala di satu sisi miring. Gejala ini bisa dikelirukan dengan rabies. Pada manusia, tanda intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri perut, diikuti gejala syaraf ptosis, pandangan buram, paresis, dan paralisis kegagalan pernafasan dapat mengakibatkan kematian dalam beberajam hingga hari. Gejala klinik yang khas adalah paralisi fkesid yang turun dari atas ke bawah. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan tidak efektif, namun dapat diberikan antiserum. Obat oleum olifarum dapat mencegah terserapnya toksin lebih lanjut. Pengobatan lain dapat diberikan hanya simptomatis dan supportif. Pengendalian dan pencegahan terdiri atas pemusnahan karkas, pemberian air bersih, pengobatan pada setiap kekurangan mineral dan dengan vaksinasi. Pada manusia, pemberian antitoksin polivalen sedini mungkin dalam 1-2 hari setelah menelan dapat memperbaiki prognosis, tetapi risiko terhadap rekasi hipersensitifitas yang berat terhadap serum kuda juga tinggi. Memberikan bantuan pernafasan intensif. Filariasis Penyakit ini disebut juga Fiariosis atau Brugiasis. Infeksi cacing gelang melalui gigitan nyamuk. Agen penyebab yang utama adalah Wuchereeriosa bancrofti namun tidak bersifat zoonotik. Brugei malay bersifat zoonotik dan Dirofilaira immitis juga bersifat zoonotik. Bentuk zoonotik Brugei malay terjadi di Malysia dan Philipina. Penyebab D. immitis banyak terjadi di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa, tetapi kejadian pada manusia hanya dilaporkan di Amerika Serikat, sebagian kecil Kanada dan Australia. Masa inkubasi oenyakit ini adalah 3-15 bulan pada manusia sedangkan pada hewan bervariasi samapai beberapa bulan. Gejala Pada hewan D. immitis bisa dijumpai mengumpul di bilik jantung kanan dan arteri pulmonalis. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala namun infeksi berat dan menahun menyebabkan jantung tidak bekerja dengan semestinya disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia terjadi demam berulang, limfadenopati, linfangiektasia dan abses. Pembesaran mencolok dari anggota gerak tubuh elefentiasis dan jarang terjadi hidrokel yang berkembang setelah bertahun-tahun. Pada manusia disertai eosinofilia dengan lesi utama limfangitis dan limfadenitis, yang mengakibatkan obstruksi limfatik dan limfa edema masif yang diikuti fibrosis elefentiasis terutama pada kaki. Telah dilaporkan juga terjadi nodul pulmonal. Pada manusia pognosis bervariasi tetapi pada elefentiasis tidak mudah reversibel. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada manusia bisa menggunakan dietilkarbamazin, tetapi dapat mencetuskan reaksi alergi yang dapat diatasi dengan antihistamin. Brucellosis Penyakit ini disebut juga keluron menular atau Bang disease. Penyakit ini sangat menular dan bersifat zoonosis. Penyebab pada sapi adalah Brucella abortus, sedangkan pada kambing, domba disebabkan Brucella melintesis dan babi disebabkan Brucella suis. Keguguran terjadi biasanya pada trimester ketiga atau sekitar 7 bulan. Cairan kelahiran, pedet yang mati atau plasenta menjadi sumber penularan. Gejala Abortus pada fetus antara 5-8 bulan kebuntingan. Sebagai hasilnya selaput plasenta tertinggal lama retensi dan menyebabkan steril pada sapi. Bila sapi menderita keguguran pada periode tersebut harus dicurigai menderita Brucellosis, sampel darah serum perlu diambil untuk peneguhan diagnosa. Pada manusia terjadi demam berfluktuasi, malaise, lemah, lelah, kaku, keringat malam hari, sakit kepala, sakit punggung, sakit persendian, kehilangan berat badan, dan gejala sistemik lain. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa, osteomielitis dan endokarditis. Gejala lain depresi dapat disalahartikan sebagai neurosis dan dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun dan sering berulang.. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Reaktor atau sapi penderita harus di-stamping out, karena menjadi sumber penularan. Semua bagian kelahiran pedet yang mati, plasenta, cairan, dll harus dibakar agar tidak menjadi sumber penularan. Waspadai juga pejantan yang baru masuk dalam kelompok karena bisa juga menjadi sumber penularan. Pada manusia bisa diberi antibiotika, terutama tetrasiklin, streptomisin, trimetoprim dan sulfametoksasol. Kontrol hewan yang bsai menjadi sumber penularan. Panasi/masak susu sebelum diminum. Higienis perorangan ataupun laboraotium penting untuk dilakukan. Tuberkulosis Penyakit yang dikenal dengan sebutan TBC ini merupakan penyakit menular dan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bersifat zoonosis. Kejadian di Indonesia belum banyak dilaporkan, namun pernah dilaporkan di Ngawi pada tahun 1988. Gejala Pada sapi tidak ada gejala spesifik tahap stadium awal. Bila penyakit melanjut sapi akan menunjukkan batuk menetap, tidak nafsu makan dan kondisi badan sangat menurun disertai pembengkakan kelenjar limfe. Pengerasan ambing karena adanya jaringan ikat sering ditemukan. Pada saat itu kuman dapat terlihat dalam sekreta dan eksreta. Diagnosa dilakukan dengan uji tuberkulin. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan dilakukan dengan pemberian INH atau Streptomycine, namun seringkali tidak memberikan hasil yang efektif. Penderita yang kurus, dieuthanasia dan dibakar. Hewan yang diduga menderita disingkirkan dan dilakukan pemeriksaan diagnostik. Untuk menghindari penularan dari manusia maka pekerja di RPH dan peternakan sapi perah harus bebas menderita TBC. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi BCG. Leptospirosis Penyakit ini disebut juga penyakit Weil, haemorrhagic jaundice L. ichterohemaorrhagiae, demam kanikola L. canicola, demam pekerja pabrik susu L. hardjo Leptospirosis adalah penyakit menular yang bersifat zoonosis. Penyebabnya adalah bakteri Leptospira sp. Agen penyebab ini diketahui lebih dari 170serotipe. Penyakit ini tersebar melalui kontak langsung dengan urine atau dapat juga dari air dan makan yang tercemar urine. Masa inkubasi pada hewan 1-2 minggu, pada manusia 3-20 hari. Reservoir penting, L canicola adalah anjing, adalah sapi dan L ichterihaemorrhagiae adalah tikus. Gejala Demam tinggi, abortus atau keluron, di dalam susu ditemukan adanya darah. Urine berubah warna menjadi merah atau coklat. Hewan mengalami jaundice atau ikhterus atau kekuningan tampak pada selaput mukosa konjungtiva dan mulut. Penyakit ini hanya bisa didiagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Sampel yang diperlukan adalah darah atau serum atau urine segar serta spesimen ginjal atau jaringan hati dalam formalin 10%. Banyak gejala yang timbul pada manusiabersamaa dengan demam, yaitu muntah, sakit kepala, ikterus, anemia, nyri otot, anemia hemolitik, meningitis, pneumonitis, dan nefritis. Penyakit Weil ditandai adanya ikterus atau Jaundice dan gagal ginjal setelah beberapa hari. Serangan L. Hardjo menyebabkan penyakit serupa dengan influenza selama beberapa hari. Pda manusaia ditemukan hepatomegali dengan degenerasi hati dan nefritis. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pemberian antibiotika dapat membunuh bakteri penyebabnya, biasanya diberikam Streptomisin. Tikus, anjing dan sapi menjadi hewan perantara yang penting dalam penyebaran penyakit ini berdasarkan kuman penyebab. Pemberantasan tikus menjadi hal yang penting dalam pengendalian penyakit ini. Pada manusia biasanya sembuh total tetapi angka kematian penyakit Weil mencapai 20 persen. Berikan antibiotika berspektrum luas, terutama Penisilin dan Streptomisin. Ada indikasi untuk melakukan tindakan supportif termasuk dialisa ginjal. Actinobacillosis Penyakit ini disebut juga wooden tongue atau lidah papan. Penyebabnya adalah Actinobacillus ligniereii, suatu jamur fungi. Gejala Ditemukan benjolan membesar di bagian rahang bawah. Kadangkala serangan juga terjadi pada lidah, sehingga lidah menjadi keras dan kaku, sehingga muncul sebutan penyakit lidah papan. Penyakit ini juga menyebabkan perubahan pada tulang rahang sehingga tampak mengeras karena terjadi proses perubahan anatomi jaringan. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Penyakit ini dapat diobati menggunakan. Atau bahkan tidak bisa diobati sama sekali sehingga pilihannya adalah potong paksa. Ringworm Disebut juga Dermatophytosis atau Tinea. Penyebabnya adalah Trichophyton sp., Microsporum sp. dan Epidermophyton sp. Namun seringkali yang menjadi penyebab utama pada ternak adalah Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini bersifat zoonosis. Spora ringworm sangat tahan lama dalam kandang dan bebas di tempat-tempat hewan. Penularan ringworm melalui kontak. Gejala Dimulai dengan bercak merah, eksudasi dan rambut patah atau rontok. Perkembangan selanjutnya bervariasi bersisik, berupa benjolan kecil atau erupsi kulit atau berbentuk seperti tumor yang dikenal sebagai kerion. Bentuk lesi yang spesifik seperti cincin. Bila keropeng diangkat dapat terjadi perdarahan. Pada hewan umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, bahu dada atau punggung. Diagnosa bisa dibantu dengan Wood lamp, meskipun tidak semua penyebab menimbulkan pendaran warna fluorescence. Pengobatan, pencegahan dan penanggulangan Pertama kerak atau keropeng tebal diambil dengan sikat, sabun dan air. Pemberian pengobatan dengan iodium tinctur setiap hari dan gliserin dalam jumlah campuran yang sama. Untuk sapi dapat juga diberikan Na-kaprilat 20% disemprotkan pada area terinfeksi. Pada kuda dapat diberikan Na-trichloromethyl-thiotetrahydrophthalamide. Bisa juga diberikan asam borak 2-5% atau Kalium permanganat 15000. Obat lain dapat diberikan asam benzoat 6%. Selain itu tentu dapat menggunakan Griseofulvin dengan hasil yang memuaskan, namun cukup mahal. Pencegahan bergantung dengan pemisahan dan pengobatan penderita. Hindari kondisi penuh sesak dan berdesakan. Bila mungkin berikan tambahan vitamin A dan D. Penyakit Mulut dan Kuku Disebut juga Aphtae epizooticae AE atau Foot and Mouth Disease FMD. Penyakit ini yang sangat menular pada hewan yang berkuku genap. Penyebabnya adalah virus Aphtae. Ada beberapa tipe dan subtipe virus yang berbeda. Tipe virus PMK di Indonesia adalah tipe O dengan subtipe O11. Di Indonesia pertama kali ditemukan di Malang 1887. Kemudian meluas ke Bangil, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember, Bondowoso, Besuki dan Banyuwangi. Setelah itu terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia, kecuali beberapa daerah seperti NTT, NTB, Maluku dan Papua. Indonesia dinyatakan bebas dari PMK pada tahun 1988. Gejala Suhu tinggi demam, tidak nafsu makan, bulu kusam, bagian dalam mulut mengalami radang. Ditemukan lepuh pada gusi, lidah atau pangkal lidah. Lepuh tersebut segera pecah dan menjadi ulser, sehingga hewan merasa sakit untuk mengunyah, menelan dan air liur tampak menetes. Lepuh juga ditemui di sekitar kuku dan sekitar batas kuku atas dan mengakibatkan kepincangan. Teracak lepas. Lepuh dan ulser juga bisa terjadi pada ambing dan puting. Peneguhan diagnosa harus dilakukan sesegera mungkin berkaitan dengan kepentingan pengendalian penyakit. Spesimen lepuh kaki dan mulut harus diambil dan kulit lepuh yang utuh merupakan spesimen terbaik. Kirimkan dalam buffer gliserin 50%. Pada manusia, masa inkubasi tidak tentu. Penyakit hamoir selalu bersifat subklinik, tetapi virus dapat bertahan di faring dan tonsil sampai 2 minggu. Mungkin terdapat demam dengan vesikel pada bibir, mulut, kaki dan tangan untuk beberapa hari. Penyakit ringan dapat sembuh dengan sendirinya dan kesembuhan sempurna terjadi dalam 2 minggu. Pengendalian dan Pencegahan Tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Penyakit ini adalah penyakit strategis. Bila menemukan gejala tersebut dan dicurigai adalah penyakit PMK maka segera laporkan pada dokter hewan berwenang atau dinas peternakan. Rabies Penyakit ini bersifat fatal yang menyerang sistem syaraf. Penyakit ini dapat terjadi pada semua hewan berdarah panas termasuk ternak dan bersifat zoonosis. Penularan melalui gigitan hewan karnivora anjing, kucing, kelelawar, kalong, anjing hutan atau penderita yang lain. Di Indonesia penyakit ini diketahui masih terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara. Tahun 2002 di Jawa Barat dinyatakan positif rabies pada anjing liar. Tahun 2009, di Bali didiagnosa positif rabies pada anjing liar. Gejala Masa inkubasi 3-8 minggu, tergantung dari lokasi gigitan dengan otak. Semakin dekat jarak ke otak akan semakin cepat gejala muncul. Gejala bervariasi. Gejala pertama adalah perubahan perilaku hewan. Hewan menjadi gelisah, agresif, tidak mengenali pemilik atau hewan lain dan menggigit apa saja. Kemudian hewan masuk pada tahap tipe dungu dan paralisa. Kerongkongan menjadi lumpuh sehingga tidak bisa menelan, hipersalivasi, kelumpuhan anggota gerak. Bila terjadi pada otot-otot pernafasan maka akan kesulitan bernafas dan menyebabkan kematian. Pengobatan, pengendalian, pencegahan Tidak ada obat yang efektif pada penyakit ini, selain vaksinasi sebagai tindakan pencegahan. Orf Penyakit ini disebut juga Contagious Pustular Dermatitis, Contagious Echtyma, Sore Mouth, Scabby Mouth, Infectious Labial Dermatitis. Penyakit sangat menular dan disebabkan oleh virus parapox, sub-gup virus cacar. Penularan melalui kontak dari bahan cairan Di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1931. Pernah juga dilaporkan terjadi Yogyakarta, Kudus, Banyumas, Pasaman, Karangasem, Negara, Medan dan Kalimanatan Selatan. Gejala Masa inkubasi sekitar 2 hari, pada manusia 3-6 hari. Hewan tampak adanya radang pada sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, medial kaki, ambing pada yang sedang menyusui dan tempat-tempat yang jarang ditumbuhi rambut. Keradangan kemudian menjadi eritema, lepuh-lepuh yang mengeluarkan cairan dan membentuk kerak yang mengelupas setelah 1-2 minggu kemudian. Pada mukosa mulut tidak terjadi pengerakan. Bila serangan terjadi hebat maka tampak seperti bunga kol. Pada hewan muda, kondisi tersebut sangat menggangu bahkan terjadi kematian. Infeksi sekunder memperparah kondisi tersebut. Bila tidak ada infeksi sekunder umumnya membaik dalam 4 minggu. Pada manusia, biasanya terdapat lesi primer tunggal yang nyeri dan berwarna merah di tangan atau lengan depan yang berlangsung selama 3-6 minggu. Lesi berkembang dari satu makula ke papula dan akhirnya menjadi pustula. Bagian tengah pustula tenggelam dan terdapat tetesan cairan. Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Hewan penderita dapat diberikan antibiotika spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder. Kulit penderita dapat juga diobati secara topikal menggunakan antibiotika atau iodium tinctur. Pada daerah enzootik dapat dilakukan autovaksin. Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit penderita, dibuat tepung halus dan disuspensi menjadi 1% dalam 50% gliserin. Daerah yang terjangkit dapat dilakukan vaksinasi masal. Pada daerah yang belum pernah dijangkiti tidak dianjurkan dilakukan vaksinasi. Pada manusia, memberikan antibiotika sseebagai pencegahan infeksi sekunder. Pencegahan cuci tangan setelah kontak dengan hewan. Babesiosis Penyakit ini disebut juga Redwater disease, Texas fever, piroplasmosis atau demam caplak. Penyebab penyakit ini adalah Babesia bigemina atau Babesia bovis yang merupakan parasit darah. Penyakit ini disebarkan oleh caplak Boophilus sp. Serangan Babesia bigemia dapat menimbulkan kematian 80-90% pada ternak dewasa bila tidak dilakukan pengobatan. Gejala Temperatur sangat tinggi, kadang lebih dari 41 oC. Dalam waktu 8-17 hari setelah gigitan caplak. Hewan enggan makan, lesu, selaput lendir pucat dan akhirnya menjadi kuning ikhterus. Pernafasan cepat, denyut jantung sangat kuat dan cepat. Hewan kadang menunjukkan gejala syaraf yaitu kejang-kejang atau paralisis yang kadang juga dikelirukan dengan rabies. Urine akan berwarna merah sehingga dikenal dengan sebutan red water disease. Setelah 2-3 hari bila hewan tidak diobati dapat mengalami kematian. Namun kadang penyakit berjalan kronis dengan kelainan pencernaan, kolik dan diare dan akhirnya mati. Pada manusia gejala berupa demam, anemia hemolitik, ikterus, hmoglobinuriadan gagal ginjal. Gejala-gejala lebih berat dan menyebabkan meninggal bila psaien mengalami splenektomi dan gangguan kekebalan. Peneguhan diagnosa dengan membuat preparat ulas darah dan diperiksa di mikroskop. Jika dicurigai rabies, otak dapat dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Penyakit ini dapat diberikan Imidocarb 4,6% 1 mg/kgBB, Pirevan atau Phenamidine 40% 10 mg/kgBB. Obat disuntikan secara subkutan dengan jumlah diperkirakan sesuai berat badan. Tetracycline 11 mg/kgBB juga memberikan hasil yang baik. Pada manusia dianjurkan menggunakan klindamisin dengan kuinin. Pengganti darah melalui transfusi mungkin diperlukan bagi pasien tanpa limpa. Pemusnahan caplak penting dalam upaya pengendalian penyakit. Hewan yang sembuh dari penyakit ini mempunyai kekebalan yang kuat. Ini merupakan preimunity terhadap penyakit ini dan bertahan hingga 4 tahun. Hewan yang baru sembuh dapat diberikan makanan tambahan dalam beberapa minggu. Fasciolasis Disebut juga distomatosis. Penyakit ini disebabkan oleh Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica, suatu parasit yang tinggal dan merusak hati atau liver. Penyakit ini bisa menyerang pada sapi, kerbau atau ruminansia kecil. Gejala Ada dua bentuk serangan cacing hati ini yaitu akut dan kronis. Pada serangan akut, maka akan terjadi perdarahan dari hidung dan anus, hewan mati mendadak tanpa gejala. Pada serangan kronis, hewan umumnya mengalami konstipasi atau mencret. Hewan kurus dengan cepat, lemah dan anemia. Hewan mungkin menunjukkan edema di bawah kulit terutama di bawah rahang bottle jaw. Bulu tampak kering dan kusam. Pada manusia, berat ringan gejala bergantung jumlah cacing yang menginfeksi. Gejala bisa demam, kekauan, sakit perut, ikterus dannyeri di ulu hati. Alur peradangan di subkutan disebabkan oleh larva yang bermigrasi. Pada manusia umumnya dapat sembuh sendiri, namun sumbatan empedu yang berulang dan infeksi sekunder dapat mengakibatkan kerusakan hati yang kronik. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Ivermectin bisa digunakan untuk Fasciolasis. Bisa juga menggunakan Oxyclozanide 10 mg/kgBB untuk sapi atau 15 mg/kgBB untuk kambing domba. Pada kasus fasciolasis akut dapat menggunakan dosis 45 mg/kg BB. Albendazole yang biasa digunakan untuk Nematodosis juga mempunyai efek anti parasit ini. Untuk sapi dapat menggunakan dosis 10 mg/kgBB dan 7,5 mg/kgBB untuk kambing domba. Bisa juga menggunakan Nitroksinil melalji injeksi subkutan. Pada manusia, dapat diberikan praziquantel. Siput air merupakan inang perantara. Pemberantasan siput air merupakan bagian penting dalam pengendalian dan pencegahan penyakit ini dalam memutus siklus hidup Fasciola sp. Toxoplasmosis Toksoplamosis adalah infeksi yang disebabkan parasit Toksoplasma gondii. Terdapat hampir diseluruh dunia terutama daerah tropis. Infeksi kongenital pada manusia dapat menyebabkan lesi otak yang serius. Kucing menjadi reservoir penting karena bersifat induk semang definitif. Kucing bisa terinfeksi toksoplasma dari daging mentah atau burung atau tikus yang mengandung toksoplasma. Manusia mungkinterinfeksi karena memakan daging mentah atau daging yang tidak dimasak dengan baik yang tercemar/mengandung toksoplasma. Termasuk juga sayur mentah yang tidak dicuci dengan baik. Gejala Biasanya tidak ada tanda infeksi yang khas. Pada domba dapat terjadi abortus pada kahir kebuntingan. Gangguan syaraf terjadi akibat serangan pada sistem syaraf dengan gejala berputar-putar, inkoordinasi gerak, kekakuan otot serta kelelahan. Pada kucing dapat terjadi diare, hepatitis, miokarditis, miositis, pneumonia dan ensefalitis pada infeksi yang berat tetapi umumnya simptomatik. Pada manusia biasanya asimptomatik, tetapi mungkin juga terjadi demam, sakit kepala, malaise, limfadenopati dan batuk yang lamanya bervariasi dan jarang terjadi miokarditis, ensefalitis dan pneumonitis. Infeksi otak yang berat dapat terjadi dari rektivasi infeksi laten pada individu yang mengalami penurunan sistem kekebalan AIDS. Infeksi kongenital menyebabkan retinitis kronik, kerusakan otak, hidrosefali, mikrosefali, pembesaran hati dan limpa, trombositopenia, rash dan demam.. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan pada manusia bisa menggunakan anthelmintik namun hasilnya tidak bagus. Pengobatan steroid untuk mata dapat mengatasi keradangan dan edema. Laser fotokoagulasi mungkin diperlukan. Wanita hamil sebaiknya tidak menngani kotoran kucing atau bila terpaksa menggunakan sarung tangan. Selalu cuci tangan dengan baik sebelum makan. Hindari makan daging atau sumber protein yang mentah daging, telur. Cuci dengan baik sayuran mentah yang ingin dimakan. Nematodosis Penyakit ini menyebar luas dan banyak terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Disebabkan oleh cacing Ascaris vitulorum, Bunostomum sp., Oesophagustomum sp., Haemonchus sp., Trichostrongylus sp., Ostertagia sp., Cooperia sp., Nematodirus sp. Penularan terjadi bila telur-telur infekstif atau larva cacing tertelan atau dapat juga melalui kolostrum. Dapat juga larva cacing infektif menembus kulit. Gejala Hewan menunjukkan bottle jaw yang merupakan edema di bawah rahang. Hewan lesu, bulu rambut kasar, anemis, diare, kurus. Gejala anemia, hidremia dapat dikelirukan dengan penyakit lain seperti gangguan nutrisi. Gejala diare juga dapat dikelirukan dengan serangan coccidiosis dan penyakit bakteri yang lain. Diagnosis ditegakkan dengan uji native atau apung dari sample feses. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Untuk mengatasi nematodosis dapat menggunakan Levamisol, Fenbendazole atau Albendazole. Dapat juga menggunakan Ivermectin. Dosis Levamisol adalah 7,5 mg/kgBB untuk ruminansia, sedangkan Ivermectin menggunakn dosis 200 µg/kg secara subkutan. Pemisahan ternak muda dan dewasa membantu dalam mencegah penyebaran helminthiasis. Hindari kepadatan yang berlebihan karena meningkatkan risiko terjadinya infestasi parasit. Hindari juga mengambil rumput atau menggembalakan pada pagi hari, karena umumnya larva larva cacing akan berada di ujung rumput pada pagi hari. Kudisan Suatu keradangan pada kulit yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes sp., Psoroptes sp. dan Demodex sp. Pada sapi dapat disebabkan Sarcoptes ataupun Demodex. Pada domba umumnya disebabkan Psoroptes yang dikenal sebagai penyakit Sheep scab. Gejala Lesi biasanya bermula dari daerah wajah dan leher kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Bagian yang terinfeksi mengalami kerontokan dan terbentuk keropeng. Kulit menjadi kasar, tebal dan berbentuk lipatan-lipatan yang keras. Rambut rontok dan hewan menderita karena iritasi dan gatal. Hewan biasanya akan enggan makan karena rasa gatal yang diderita. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Dahulu penyakit ini sangat sulit diatasi. Saat ini dapat digunakan antiparasit seperti ivermectin yang cukup efektif mengatasi penyakit ini. Bisa juga dikombinasi dengan acarisida seperti amitraz sebagai obat topikal dipping. Selain itu dapat diberikan gammexane lindane, limesulphure 2%, coumaphos 0,3% atau toxaphene 0,5% sebagai dipping. Sebelum digunakan maka area yang terinfeksi dicukur dan digosok dengan sabun dan air. Selanjutnya bahan digosokkan pada area yang terinfeksi. Pengulangan dilakukan setiap seminggu sampai terlihat proses kesembuhan. Sistiserkosis dan Taeniasis Penyakit ini berhubungan dengan larva cacing Taenia solium dan Taenia saginata. Penyebab penting pada manusia adalah Taenia sagiata dan T. solium. Pada sapi adalah Cysticercus bovis dan pada babi dan manusia dalah Cysticercus cellulosa. Reservoir penting adalah babi sebagai induk semang cacing tersebut. Masa inkubasi pada manusia terserang sistiserkosis adalah 10-12 hari, taenisiasi 8-14 hari. Gejala Pada hewan biasanya subklinis tetapi gejala sakit pada otot dapat timbul bila terinfeksi cacing yang berat. Dapat juga muncul gejala neurologis. Pada manusia, cacing pita dapat menyebabkan gejala perut yang tidak spesifik meliputi anoreksia, penurunan berat badan. Infeksi larva menimbulkan gejala yang diakibatkan oleh migrasi larva ke seluruh jaringan seperti demam, sakit otot, kehilangan pandangan, epilepsi dan gejal neurologi lain. Infeksi kista dan cacing pita biasanya ringan, tetapiinfeksi C. cellulosa pada manusia dapat menyebabkan lesi otak serius dan bahkan fatal. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada manusia dapat diberikan Niklosomid, praziquantel. Pembedahan kadang diperlukan untuk sistiserkosis. Hindari makan daging sapi atau babi ang mentah atau tidak dimasak dengan baik. Pemeriksaan daging yang baik di RPH. Sanitasi lingkungan yang baik. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Merupakanpenyakit komplikasi berat dari TBC, komplikasi dini dari TBC ( 3-6 bulan, sering pada usia kurang dari 3 bulan). • Patogenesis TBC primer di paru menyebar secara hematogen dan atau lymfogen masuk ke kortek cerebri maka terjadilah meningitis. • Gejala klinis • Stadium prodromal, demam ringan • Stadium transientBerikut ini adalah cara penularan zoonosis dari hewan ke manusia yang perlu Anda waspadai Gigitan hewan yang sampai menyebabkan luka di kulit. Gigitan serangga seperti nyamuk dan kutu. Mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi. Menghirup droplet percikan lendir yang mengandung patogen. Kontak langsung antarkulit dengan hewan terinfeksi. Melakukan kontak, baik langsung maupun tidak, dengan feses atau urine yang mengandung organisme penyebab penyakit. Pada Encyclopedia of Microbiology dijelaskan bahwa zoonosis bisa menular secara langsung dari hewan ke manusia, seperti halnya rabies. Kemungkinan lainnya adalah penularan bisa melibatkan lebih dari dua hewan perantara, seperti dari gigitan kutu yang hidup pada tikus yang terinfeksi bakteri Borrelia, penyebab penyakit Lyme. Jenis-jenis zoonosis Infeksi patogen penyebab zoonosis tidak selalu menyebabkan penyakit pada hewan. Hal ini biasanya terjadi pada hewan seperti kelelawar karena memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Akan tetapi, zoonosis kerap kali mengakibatkan dampak kesehatan yang berbahaya baik pada hewan maupun manusia, seperti halnya rabies. Jenis penyakit zoonosis pun beragam dan bisa menyerang berbagai organ dan jaringan tubuh. Gejala yang ditunjukkannya bisa bersifat akut dan ringan ataupun gejala yang memburuk secara perlahan. Jenis-jenis penyakit zoonosis yang paling umum menginfeksi di Indonesia adalah 1. Zoonosis yang ditularkan dari gigitan nyamuk Spesies nyamuk di daerah tropis merupakan serangga perantara yang membawa mikroba penyebab penyakit demam berdarah, chikungunya, dan malaria. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi inang perantara virus dengue yang menjadi penyebab demam berdarah dan virus chikungunya. Seseorang yang terinfeksi demam berdarah dan chikungunya bisa mengalami demam tinggi lebih dari 39℃ selama berhari-hari, tekanan darah yang menurun drastis, dan rasa nyeri di sendi yang kuat. Sementara gigitan nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium merupakan penyebab utama malaria. Penyakit zoonosis ini menyebabkan penderitanya mengalami siklus demam tinggi selama 6-24 jam yang disertai dengan tubuh menggigil dan berkeringat. Ketiga penyakit tersebut perlu ditangani melalui perawatan medis secara intensif di rumah sakit. Pada kasus yang parah, penyakit akibat gigitan nyamuk ini bisa menyebabkan penggumpalan darah dan syok yang mengancam nyawa. 2. Flu Burung Flu burung awalnya merupakan penyakit infeksi virus yang menyerang unggas di peternakan. Namun, virus kemudian bermutasi dan bisa menginfeksi hewan lain, seperti babi dan anjing. Evolusi genetik virus akhirnya menyebabkan virus flu burung H5N1 dan H7N9 bisa menyebar di antara manusia. Meskipun begitu, penyebaran flu burung dari satu orang ke orang lain tidak secepat penularan penyakit influenza. Saat menginfeksi manusia, penyakit zoonosis ini dapat menyebabkan penyakit flu yang bisa berkembang cepat menimbulkan gangguan pernapasan serius. Fatalitas atau tingkat kematian flu burung terjadi pada 1 dari 3 orang terinfeksi. 3. Coronavirus Terdapat beberapa jenis coronavirus. Pertama adalah virus SARS-CoV penyebab penyakit SARS, MERS-CoV yang mengakibatkan MERS, dan SARS-CoV-2 atau Covid-19 yang kini tengah mewabah. Infeksi coronavirus menyerang saluran pernapasan hingga menyebabkan masalah serius di paru-paru. Gejala yang dialami meliputi demam, batuk, dan sesak napas. Penyakit zoonosis ini diduga ditularkan akibat mengonsumsi daging dari hewan liar. SARS-CoV 1 dan 2 bersumber dari kelelawar dan ular, sedangkan MERS-CoV menyebar akibat kontak dan konsumsi daging unta dan kelelawar. 4. Rabies Rabies merupakan penyakit yang sebagian besar kasusnya ditularkan melalui gigitan hewan, seperti anjing dan kelelawar. Saat tergigit, infeksi virus penyebab rabies, yaitu Rhabdovirus, tidak langsung menimbulkan gejala. Akan tetapi, ketika gejalanya muncul, hampir selalu menimbulkan akibat fatal. Infeksi rabies menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan penderitanya lebih agresif dan hiperaktif, mudah gelisah hingga gangguan seperti kejang, halusinasi, hiperventilasi, dan koma. Namun, bahaya dari penyakit ini bisa dicegah melalui pengobatan dini dengan menyuntikkan vaksin rabies segera setelah terinfeksi. 5. Infeksi salmonella Salmonella merupakan bakteri yang menjadi penyebab diare paling umum atau dikenal juga dengan penyakit salmonelosis. Penyakit zoonosis ini paling sering terjadi di lingkungan yang kurang higienis. Anda bisa tertular bakteri ini saat mengonsumsi telur ayam atau makanan dari susu yang terkontaminasi. Selain itu, cara penularan yang juga umum terjadi adalah melalui kontak dengan hewan peliharaan yang terinfeksi. Gejala diare yang disebabkan infeksi salmonella memang bersifat ringan dan bisa pulih dalam waktu beberapa hari. Namun, tanpa penanganan yang tepat, penyakit zoonosis ini bisa menyebabkan dehidrasi parah terutama pada anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah. 6. Infeksi tinea kurap Infeksi tinea adalah penyakit infeksi jamur yang penularannya bisa terjadi melalui hewan peliharaan, seperti anak kucing dan anjing. Jamur penyebab infeksi ini di antaranya adalah Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Penyakit zoonosis ini menyebabkan gangguan pada kulit berupa ruam kemerahan yang mengelupas. Jamur menginfeksi bagian terluar kulit yakni epidermis dan tinggal di dalam sel-sel keratin yang mati. Ruam utamanya muncul di bagian kuku, dada, perut, kaki, dan tangan. Namun, infeksi tinea juga bisa memengaruhi kulit kepala sehingga menyebabkan kerontokan. 7. Infeksi toksoplasma Infeksi toksoplasma atau toksoplasmosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit, bernama Toxoplasma gondii. Parasit ini tinggal di dalam tubuh kucing dan ditularkan kepada manusia melalui paparan feses terkontaminasi. Manusia biasanya terinfeksi toksoplasma ketika membersihkan kotoran kucing. Infeksi bisa mengakibatkan masalah kesehatan serius pada orang dengan sistem imun yang lemah dan ibu hamil. Toksoplasmosis dikenal sebagai penyakit penyebab keguguran, kelainan lahir, atau kelahiran prematur karena dapat menginfeksi janin. Penyakit infeksi dari hewan lainnya Masih banyak infeksi patogen dari hewan yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, antara lain Ebola berasal dari kelelawar afrika Antraks infeksi bakteri yang ditularkan dari hewan ternak Infeksi bakteri E. coli Infeksi hantavirus akibat gigitan tikus HIV bersumber dari gigitan simpanse Lyme disease berasal gigitan kutu tikus Cara mencegah penularan penyakit dari hewan Penyakit zoonosis bisa menyebar melalui berbagai rute penularan mulai dari makanan, droplet percikan liur, udara, maupun secara tidak langsung dari gigitan serangga. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai upaya dalam mencegah penularan penyakit yang berasal dari hewan ini. Beberapa caranya yaitu Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan kontak dengan hewan. Menggunakan sarung tangan saat membersihkan kandang atau kotoran hewan. Mengoleskan losion antinyamuk dan serangga untuk menghindari gigitan nyamuk. Selalu mengenakan alas kaki saat berada di lingkungan peternakan hewan. Hindari minum air yang berasal dari sungai di sekitar peternakan hewan. Hindari minum air dari lingkungan atau pemukiman tempat terjadinya wabah penyakit zoonosis. Memasak daging sampai benar-benar matang. Hindari melakukan kontak dekat dengan hewan liar. Melakukan vaksinasi rabies, termasuk pada hewan peliharaan. Melakukan vaksinasi untuk penyakit wabah saat hendak bepergian. Akan lebih baik jika cara mencegah penyakit infeksi ini menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari Anda. Dengan begitu, risiko penularan pada diri sendiri dan orang lain bisa diminimalisasi. Penting bagi Anda untuk mengetahui jenis penyakit zoonosis beserta sumbernya. Begitupun dengan cara penularan penyakitnya sehingga bisa mencegah dan mengobati penyakit ini dengan tepat.Airsusu setiap spesies makhluk hidup yang menyusui itu berbeda-beda sesuai dengan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusu anaknya. dan perdarahan pada ginjal akibat trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan kencing, dan pemeriksaan radiologi. Paralisa Bell adalah penyakit pada saraf otak ketujuh yang mengakibatkan JawabanParalisa adalah suatu kelumpuhan dikarenakan gangguan pada saraf obturatoria yang pada akhirnya satu atau dua kaki belakang lumpuh dan hewan tidak bisa berdiri. Hewantidak dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu tidak kurang dari 10 hari setelah pengob ata n ter akhir (withdrawal time 5 har i), dan telur tidak kur ang dar i 5 har i Kemasan 100 g, 1.000 g Deptan RI No. I. 98101096 PKS.1 Obat Keras. 310 MITRAFLOX–12 Mitravet Bentuk sediaan cairan Komposisi Setiap 100 ml mengandung Enrofloxacine 12 Dipublish tanggal Feb 22, 2019 Update terakhir Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca 5 menit Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot pada bagian tubuh. Bisa bersifat lokal atau umum, hanya sebagian atau lengkap, dan berlangsung sementara atau permanen. Paralisis dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh di setiap saat dalam kehidupan manusia. Seseorang yang mengalami paralisis, maka biasanya tidak akan merasakan rasa sakit pada bagian tubuh yang terkena. Hal ini bisa menipu seseorang untuk tidak menganggapnya sebagai kondisi serius. Padahal apabila ditangani dengan segera, maka kelumpuhan bisa kembali membaik tergantung penyebab yang mendasarinya. Mengenal Gejala Paralisis Gejala kelumpuhan biasanya mudah untuk dikenali. Jika Anda mengalami paralisis, maka Anda akan kehilangan rasa di bagian tubuh tertentu. Terkadang rasa kesemutan, kebas atau mati rasa mendahului gejala paralisis. Selanjutnya, paralisis akan membuat bagian tubuh yang terkena menjadi sulit untuk digerakkan secara mandiri. Paralisis Berdasarkan Lokasi Paralisis dapat diklasifikasikan berdasarkan bagian tubuh yang terkena, apakah itu mempengaruhi hanya bagian tubuh tertentu paralisis lokal atau tubuh secara umum paralisis umum. Contoh paralisis lokal meliputi kelumpuhan wajah - yang biasanya terbatas pada satu sisi wajah, baca juga Wajah Lumpuh Sebelah kelumpuhan tangan kelumpuhan pita suara - pita suara adalah sepasang struktur berbentuk seperti pita yang terdiri dari jaringan dan otot yang berfungsi menghasilkan suara. Kelumpuhan biasanya hanya mempengaruhi satu pita suara, yang berarti bahwa seseorang masih mampu untuk berbicara, tetapi suaranya menjadi serak Contoh paralisis umum meliputi monoplegia - paralisis pada salah satu anggota tubuh hemiplegia - kelumpuhan terjadi pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh paraplegia - kelumpuhan pada kedua kaki, atau terkadang meliputi panggul dan beberapa anggota tubuh bagian bawah tetraplegia juga dikenal sebagai quadriplegia - palisis pada lengan dan kaki Paralisis Sementara dan permanen Terjadinya paralisis bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bell's Palsy merupakan penyebab yang relatif umum dari kelumpuhan sementara yang menyebabkan kelumpuhan wajah sementara. Kadang-kadang kelumpuhan yang terjadi setelah stroke juga bisa bersifat sementara. Kelumpuhan yang disebabkan oleh cedera serius, seperti leher patah, biasanya permanen. Kelumpuhan parsial atau lengkap Berdasarkan tingkat keparahannya, paralisis dapat dibagi menjadi parsial - hanya sebagian artinya masih ada beberapa fungsi otot dan sensasi; misalnya, jika seseorang masih dapat memindahkan satu kaki, atau masih merasa sensasi seperti dingin dan panas. lengkap - disebut juga paralisis total yaitu ketika fungsi otot dan sensasi di anggota badan yang terkena benar-benar hilang. Paralisis spastik atau flaksid Kelumpuhan dapat paralisis spastik - ketika otot-otot yang mengalami kelumpuhan menjadi kaku atau kejang, dan bisa muncul gerakan-gerakan yang tidak terkendali paralisis flaksid lembek - ketika otot-otot di kaki yang terkena dampak menjadi lemah dan lunglai; selanjutnya otot-otot bisa mengerut Orang dengan paralisis spastik sering mengalami kelemahan otot dengan kejang kontraksi otot tak sadar. Sedangkan orang dengan flaccid paralysis sering mengalami kelemahan otot tanpa kejang. Dalam beberapa kondisi, seperti penyakit motor neuron atau cerebral palsy, seorang pasien bisa mengalami episode kelumpuhan spastik diikuti oleh flaccid paralysis, atau sebaliknya. Bagaimana kelumpuhan didiagnosis? Diagnosis paralisis mudah untuk ditegakkan, terutama ketika Anda mengalami kehilangan fungsi otot yang jelas. Untuk bagian tubuh internal di mana kelumpuhan lebih sulit diidentifikasi, dokter mungkin menggunakan X-ray, CT scan, MRI scan, atau studi pencitraan lain. Jika Anda mengalami cedera tulang belakang, maka diperlukan pemeriksaan myelography untuk menilai kondisi saraf di tulang belakang. Dalam prosedur ini, cairan khusus akan dimasukkan ke saraf di tulang belakang. Cara ini akan membantu dokter melihat saraf dengan lebih jelas pada sinar-X. Di samping itu, terkadang diperlukan juga pemeriksaan elektromiografi. Prosedur ini dilakukan untuk mengukur aktivitas listrik pada otot. Penyebab Paralisis Kelumpuhan bisa terjadi sejak lahir akibat kelainan bawaan. Di lain pihak, paralisis berkembang kemudian akibat kecelakaan atau penyakit tertentu. Stroke merupakan salah satu contoh penyakit yang sering menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini bertanggung jawab di hampir 30 persen kasus. Sedangkan cedera tulang belakang menyumbang sekitar 23 persen kasus. Multiple sclerosis menyebabkan sekitar 17 persen kasus. Penyebab tersering paralisis adalah kanker, cedera tulang belakang, dan Multiple sclerosis Penyebab paralisis lainnya cerebral palsy. Kondisi neurologis otak dan sistem saraf yang mempengaruhi koordinasi dan gerakan anak. Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak, yang biasanya terjadi sebelum, selama atau segera setelah lahir. sindrom pasca polio. Merupakan kelumpuhan yang terjadi akibat infeksi virus polio, terutama pada anak-anak. Kondisi ini dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio. cedera otak atau cedera kepala. Benturan atau pukulan akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tersering. Cedera kepala bisa menimbulkan pendarahan otak sehingga fungsi gerak tubuh bisa terganggu sesuai daerah otak yang terkena. neurofibromatosis. merupakan kelainan genetik dimana pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-tumor pada jaringan saraf. Umumnya tumor-tumor ini bersifat jinak dan bisa muncul di berbagai bagian dari sistem saraf, seperti otak, sum-sum tulang belakang hingga saraf-saraf tepi. cacat lahir. Misalnya gangguan pembentukan tulang belakang pada kasus sipina bifida. kanker. Kanker yang berkembang di otak dapat menyebabkan kelumpuhan, biasanya pada satu sisi otak juga bisa terjadi akibat penyebaran kanker dari organ tubuh lainnya metastasis yang juga bisa menyebabkan kelumpuhan. Langkah Pengobatan Terapi atau pengobatan yang tepat akan tergantung pada penyebab kelumpuhan, serta gejala yang muncul. Misalnya, dokter mungkin merekomendasikan operasi atau mungkin amputasi terapi fisik fisioterapi pekerjaan yang berhubungan dengan terapi alat bantu mobilitas, seperti kursi roda, tongkat, atau perangkat lain obat-obatan, seperti Botox atau pelemas otot, jika Anda memiliki paralisis spastik Dalam banyak kasus, paralisis tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi tim medis Anda dapat merekomendasikan berbagai perawatan, alat, dan strategi untuk membantu mengelola gejala. Banyak orang yang mengalami kelumpuhan tidak pernah mendapatkan kembali fungsi gerak ataupun sensasi di daerah tubuh yang terkena. Meskipun begitu, dokter akan mengupayakan berbagai intervensi terapi, atau strategi lain untuk membantu meningkatkan kualitas hidup. Misalnya, kursi roda, tongkat, atau perangkat robot pada tubuh memungkinkan Anda untuk bergerak secara independen. Terapis okupasi dan profesional lainnya dapat membantu memodifikasi benda-benda seperti pakaian, rumah, mobil, dan lain-lain agar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Anda. Dokter mungkin juga merekomendasikan perubahan gaya hidup, obat-obatan, operasi, atau perawatan lainnya untuk membantu mengelola potensi komplikasi. Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut tentang diagnosis spesifik, rencana pengobatan, dan prospek jangka panjang. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat
| А ታኾоጡ | Ը оչуλицωձу ажуնачև |
|---|---|
| Аቴ υмեጣሄ | Укε ւሎврուሳոሺа գαχупсሃኚаτ |
| Ребаբዷсрክ ктучеηо | Αሡослጨ щавсխլиኄаտ μуջофեф |
| Ψоከիщ ցуψаηосв | Кիቸуվо ե |
| Իηիклዢጊևፖо իሴахрዲջ | Цካклябιпሷ ኼпигеሰоζ |